Fire hydrant pump system merupakan sistem pemompaan air yang berperan penting dalam mengalirkan air dari ground tank ke instalasi hydrant untuk memadamkan kebakaran secara lebih efektif.
Sistem ini bekerja dengan menggunakan 3 jenis pompa utama yang masing-masing memiliki fungsi berbeda tapi tetap saling mendukung agar sistem hydrant selalu siap digunakan saat dibutuhkan.
Agar fire hydrant system bisa bekerja optimal, kondisi ketiga pompa harus selalu terjaga dan siap siaga. Jika salah satu komponen tidak berfungsi dengan baik, maka distribusi air bisa terganggu dan menurunkan efektivitas sistem pemadaman api secara keseluruhan.
Tentu saja cara kerjanya berbeda dengan sistem manual yang perlu campur tangan manusia. Untuk lebih jelasnya, bisa Anda pahami melalui penjelasan di bawah ini.
Cara Kerja Fire Hydrant Pump System
Cara kerja sistem hydrant ini mengandalkan tekanan air yang cukup agar aliran air bisa mencapai titik api dengan kuat dan merata. Untuk mendektesi perubahan tekanan secara real-time, seluruh sistem pompa hydrant sudah terintegrasi dengan control panel.
Tekanan air tersebut bisa saja menurun di tengah-tengah penggunaan karena berbagai faktor, seperti penggunaan air yang terlalu tinggi, adanya kebocoran pipa, atau terjadi pemadaman air dari pusat.
Dalam proses pertama ini, jockey pump berfungsi lebih dulu untuk menjaga tekanan tetap stabil sesuai dengan standar yang telah ditentukan, meskipun pompa sedang tidak digunakan.
Nantinya jockey pump otomatis aktif untuk mengembalikan tekanan air saat di bawah batas normal. Tapi, kalau terus menurun dan melewati ambang batas yang ditentukan, maka electric pump akan otomatis aktif mengambil alih dan jockey pump otomatis mati.
Berbeda dengan jockey pump, electric pump termasuk pompa paling utama yang bertugas mengalirkan air dari tandon ke semua pipa hydrant sampai ke ujung hydrant pillar atau hydrant box.
Pompa elektrik itulah yang dirancang untuk bekerja cepat dan efisien, khususnya saat terjadi kebakaran yang membutuhkan respon instan, seperti api mulai membesar.
Hanya saja, dalam situasi darurat seperti listrik padam ketika kebakaran sudah semakin parah, electric pump tidak bisa lagi berfungsi. Maka, dalam hitungan 10 detik setelah electric pump gagal menyala, diesel pump akan aktif secara otomatis.
Pompa diesel menjadi pengganti pompa elektrik yang menggunakan mesin diesel sendiri. Jadi saat mati listrik, pompa akan tetap berjalan tanpa halangan.
Jika kedua pompa, baik electrik maupun diesel, gagal berfungsi karena gangguan teknis atau kehabisan bahan bakar, maka sistem secara otomatis akan mengaktifkan alarm darurat.
Alarm tersebut nantinya akan mengeluarkan suara yang berbeda dari alarm kebakaran biasa. Tujuannya untuk memberi sinyal ke operator kalau ada masalah serius pada fire hydrant pump system.
Setelah alarm berbunyi, operator atau petugas keamanan harus segera mengambil tindakan lain. Mereka bisa menggunakan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) jika api tidak terlalu besar. Bisa juga segera menghubungi DAMKAR agar penanganannya dapat dilakukan dengan lebih cepat.
Dengan memahami cara kerja setiap jenis pompa yang ada, kita bisa memastikan sistem pemadam kebakaran bekerja secara maksimal di saat-saat genting, sehingga keselamatan bangunan dan penghuni tetap terjaga berkat dukungan fire hydrant pump system.